Urgensi Autokritik
Urgensi Autokritik
#Tantangan 365 Gurusiana Hari Ke-163
#TantanganGurusiana
Gencarnya virus ganas literasi yang menggoda pembaca, memantik penulisnya lebih dahsyat lagi menulis dan terus menulis. Bahkan, untuk meningkatkan kapasitas dirinya sebagai penulis hebat, ia akan selalu mencari ilmu kepenulisan di manapun berada. Kapan saja. Bahkan dalam keadaan bagaimanapun saja. Sebab, tidak perlu jauh-jauh menghadiri seminar dan workshop menulis. Cukup menyeduh secangkir kopi dan focus mengikuti kegiatan webinar dari rumah, ilmu akan meresap lesap ke dalam jiwa.
Faktanya, ketika mengikuti webinar, peserta tidak selalu berada di rumah, duduk manis mesam-mesem. Ada saja yang masih berada dalam perjalanan. Entah di dalam kereta, MRT, KRL, bus. Yang lebih ekstrim lagi, mengikuti webinar pada saat ia sedang mengendarai mobil, as a driver. Itu semua sah-sah saja. Silakan. Tetapi, harus memerhatikan protokol keselamatan berkendara.
Pembaca intensif biasanya dapat menyelami bentuk, model, genre, situasi yang terjadi, faktor emosional penulis, maupun aspek lain yang terkait dengan tulisan tersebut. Dengan demikian, pembaca dapat menemukan kelebihan dan kekurangan tulisan yang dibacanya. Bisa jadi, jika pembacanya peka, dengan cepat akan menemukan kesalahan berbahasa tulis. Misalnya kekurangan karena typo, penggunaan tanda baca, efektifitas kalimat, struktur kalimat (sintaksis), kebakuan kata, kosakata baru, aspek gramatikal, dan aspek linguistik lainnya.
Sebaliknya, pembaca “rakus” akan melahap semua artikel yang “disadapnya”. Maka, ia akan menemukan kelebihan dari tulisan yang dibacanya. Sekaligus dapat memahami tipe tulisan seseorang. Karakteristik penulis cepat dihafalnya. Sehingga, ia akan mengetahui bahwa sebuah artikel dengan gaya bahasa tertentu adalah tulisan seseorang yang ia tahu. Kalau dalam tindak tutur bahasa suatu daerah ada dialek. Ciri khas bahasa penutur namanya idiolek.
Pada kesempatan ini, saya sedang melakukan tindakan reflektif autokritik, mengkritik diri sendiri sebagai guru yang baru belajar menulis. Self reminder, padanan maknanya. Autokritik juga dapat diartikan sebagai kritik pada organisasi jika kita adalah fungsionaris organisasi, dan sebagainya, Jika sebagai penulis, saya ingin sekali bersanding dengan penulis hebat yang kita ketahui. Penulis yang memiliki tulisan yang apik dan bermakna, secara semantik. Kata mas Pimred, bukan sekadar menggugurkan kewajiban memenuhi tantangan hari ini.
Di sinillah urgensi autokritik atau mengkritik diri sendiri cukup membutuhkan jiwa besar untuk mengakui kekurangan yang kita miliki. Bahkan, akan terasa amat berat jika kita berhadapan dengan hati. Hati berkehendak yang kurang relevan dengan apa yang kita pikirkan, kadang begitu.
Seringkali hati ingin memengaruhi logika kita. Perasaan menyeruak menenggelamkan pikiran, kira-kira begitu. Maka, kita harus tegas pada diri sendiri, perasaan, pikiran dan emosi diri bahwa menulis adalah berbagi manfaat. Bukan mencari popularitas dengan mengharap apresiasi yang berlebihan. Apalagi pujian yang sesungguhnya adalah cambuk bagi kita. Tulisan yang kita hadirkan, sesungguhnya adalah esensi dari jiwa, rasa, pikir dan emosi kita.
Autokritik, bagi penulis sangat penting. Sebab, ruhnya tulisan akan berbanding lurus dengan nurani kita. Pernahkah kita membaca tulisan dan mengarungi lebih dalam (secara psikologis) maksud dari penulisnya?
Aspek lain yang perlu kita kritik pada diri sendiri adalah jangan pernah merasa rendah diri sebagai penulis. Sangat menarik pesan dari Mas Pimred itu. Penulis harus berbesar hati (bukan besar kepala), setiap yang ia pikirkan dan rasakan menjadi buah tulisan yang bermanfaat bagi orang lain. Bukanhkah menebar kebaikan dengan tulisan yang bermanfaat akan mendapatkan pahala?
Sebagai guru penulis yang terus belajar, terjadi banyak kekurangan dalam tulisan kita, itu hal yang wajar. Sabar. Tetapi, akan lebih berarti jika kita memahami kekurangan kita. Dan tetap bersemangat untuk belajar tiada henti, tanpa jeda. Terus menutupi kekurangan diri dengan belajar menyempurnakan. Ini adalah buah manis dari proses autokritik itu sendiri.
Saya pun tidak tahu, ini apakah tulisan ini termasuk genre esai atau apa, ingin saya menamai saja I Say, sebagai self reminder bagi saya. Kritik dan saran konsrtuktif Anda adalah jamu berkhasiat untuk saya (bukan kalimat penutup kata pengantar, red).
Yuk… follow mahellow…Salam Literasi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Smoga kita istiqamah muhasabah ya Guru Alee
Jazakillah bu. Ustadzah
Kereeeen pak
Makasih bu
Mantap pak ... Bahasa dialek sama keponakan saya di Kalianget ... Tapi sy TDK tau artinya ....hihihi ...
Duh
Pantas sekali Pak Ali Harsojo mendapat perhatian dari Mas Pimres ya... Ternyata gaya bertuturnya mengalir nyaman dibaca. Sebenarnya lebih tepat ini kritik bagi kami penulis pemula ketimbang autokritik. Hehehe.... Salam.
Tuh buktinya menulis Pimred jadi Pimres... Saya kurang teliti... Xixixi...
Tuh buktinya menulis Pimred jadi Pimres... Saya kurang teliti... Xixixi...
Sy masih belajar bu
Mantabs jiwa, Satu Nyali Wani, hebat Pak Kyai
Siap belajar..pak kyai
Autokritik. Kajian luar biasa Pak. Terimakasih sudah berbagi. Salam literasi.
Terima kasih pak
Mantap Pak Alee. Tulisan yg renyah (bukan rengginang lho) dan mengalir bebas. Sangat inspiratif. Semangat kawan. Salam literasi tiada akhir.
Terima kasih pak...
Tulisan Pak Alibkereen deh. Saya ngikutin webinar sambil makan Pak hihihi
Itu lebih keren lagi bu..selamat dimuat di majalah literasi ya
Membaca dan menulislah... Mantap dan keren.. Ayo terus berkarya...
Kalangkong buk
Tulisan yang sangat keren. Jadi bahan untuk kita belajar.
Makasih pak
Terimakasih pak Ale. Mantap
Makasih bu
luar biasa tulisannya Pak Ali.. semangat Literasi!
Masih belajar bu
Waduh.. keren autokritik menang oerlu bangat, tapi ketika itu saya lakukan jadi gagal, malu, nggak mau lagi ngirim nya ,takut salah, takut malu , dll lah...apa obatnya ya??
Autokritik obatnya...hehehe
Mantap pak..jng pandai mngkritik org lain tp lupa mngkritik diri sendiri..slm kenal pak.. slm literasi
Makasih bu
Luar biasa, tulisan Bapak sangat keren apalagi penggunaan istilah cocok dan pas, salut....
Makasih pak...
Keren pak ali,,tulisan yang apik mengajak pembaca untuk mengkritik diri sendiri tanpa harus malu belajar lagi agar menjadi penulis yang hebat
Trima kasih bu
Sebagai guru penulis saya juga siap untuk menerima masukan untuk tulisan saya..maka autokritik salah satu hal yang sangat mendukung bagi saya untuk lebih mawas literasi ..saya siap Pak untuk menerima masukan dari Bapak..mari berkunjung Pak..salam literasi dari Bondowoso
Terima kasih..insyaallah..
Keren bingit. Pengennya menulis yg keren begini, yg banyak manfaat untuk orang lain, myaman dibaca.
Makasih bu...
Mantab pak Allee... Motivator hebat.. Pemberi semangat pada kita karna memang sering rendah diri melihat tulisan bpk ibu yang hebat hebat ini... Kuncinya semangat ya... Terimakasih....
Siap..makasih bu
Keren pak ! Terima kasih ilmunya
Makasih bu
Mantab Pak Alee. Kereen beken. Semangat berkarya, sukses selalu bersama gurusiana.
Trims pak
Saya masih cukup sering membuat tulisan yang saya rasa "hanya menggugurkan kewajiban tantangan".Bukan apa, terkadang untuk menulis yang kiranya berbobot, saya masih sangat kurang mampu.
Luar biasa bu....sy masih belajar
Autokritik. Mantab pak. Terima kasih ulasannya. Memberi pencerahan.
Makaaih bu
Saya siap dikritik pak. Agar nantinya tulisan saya makin bagus.
Sy masih belajar bu